Gestapu (Gerakan Seprember Tiga Puluh),
atau Gestok ( Gerakan Satu Oktober) adalah peristiwa yang terjadi pada malam 30
September sampai 1 Oktober dini hari di saat tujuh perwira tinggi militer
Indonesia ditangkap dan dibunuh beserta sejumlah orang lainnya dalam percobaan
kudeta pada tahun 1965.
LATAR BELAKANG
Peristiwa
GESTAPU atau GESTOK ini memiliki beberapa sebab dantaranya adalah tidak
harmonisnya hubungan PKI dan TNI, jatuh sakitnya presiden Soekarno, dan perang
dingin yang sedang terjadi antara Amerika dan Sovyet.
PKI
atau Partai Komunis Indonesia telah berdiri dari tahun 1920, dengan prinsip
dasar mereka yaitu melawan kolonial, imperial, dan liberal, dan sangat
menjunjung tinggi komunis. Soekarno cukup dekat dengan komunis, karena komunis
dapat diangga sebagai anak emas Soekarno. Mereka berani memimpin di barisan
depan segala perintah Soekarno.
Setelah
sukses di pemilu 1955, yang di masa itu PKI dianggap sudah hancur setelah
Peristiwa Madiun karena sejumlah pemimpinnya dihabiskan oleh TNI, tetapi PKI
masih mendapat peringkat keempat skala nasional pemilu 1955 dan pendukungnya
semakin membesar.
Itu
sebabkan oleh kerja Aidit dan kawan-kawan, yang meluaskan basis pendukung
dengan cara mendirikan sekolah, memberikan kesejahteraan kepada rakyat miskin
dan lain-lain. Didukung gerakan politik NASAKOM (nasionalis, agama, komunis), pada
peringatan ulang tahun PKI di Gelora Bung Karno pada tanggal 23 Mei 1965, PKI mengklaim
memiliki 3 juta anggota, dan puluhan juta pendukung dalam berbagai ormas
binaan.
Disaat
yang sama, perang dingin sedang berlangsung, Amerika yang saat itu sedang
terlibat perang di Vietnam tidak ingin Indonesia jatuh ke tangan komunis dan
mendukung blok timur. Blok timur juga terus menerus memberikan bantuan kepada
Indonesia sehingga terbentuklah Gelora Bung Karno dan lain-lain.
Dan
ada tahun 1965, muncul isu bahwa Bung Karno sakit, sakitnya terlihat cukup
parah sampai-sampai Aidit membawa dokter dari Cina sepulangnya berkunjung dari
negeri-negeri blok timur, dan presiden muntah berkali-kali dan pingsan di Istan
pada bulan Agustus. Karena presiden sakit, ada isu dibentuknya Dewan Jendral
oleh angkatan darat untuk melakukan kudeta yang didukung oleh CIA.
Isu
juga datang dari presiden yang “katanya” akan membentuk angkatan kelima selain
AD, AU, AL, dan Polisi, yang bersenjata dan tidak dibawah ABRI, dengan isinya
para buruh dan petani. Jika itu memang terjadi, Cina telah menyiapkan 100.000
senjata jenis Chung. Disebabkan isu-isu yang beredar TNI dan PKI tidak
mau kalah dalam perebutan kekuasaan.
KRONOLOGI
Akhirnya,
PKI yang tidak mau kalah start memutuskan untuk mencuri start dengan cara
menculik jendral-jendral Angkatan Darat. Dengan para pemimpin militernya yaitu Letkol
Untung Syamsuri, Mayor Soejono, Brigjen Soepardjo dan Kolonel Latief, dan Sjam Kamaruzaman melancarkan G30S atau
Gestapu.
30
September 1965 malam, Perwira menengah Resimen Tjakrabirawa, Letkol Untung
Syamsuri menuju Lubang Buaya, Jakarta Timur. Basis konsentrasi pasukan G30S.
Untung memeriksa pasukannya. Kekuatannya masih jauh dari harapan. Tak ada
batalyon lapis baja yang datang dari Jawa Barat.
Para
pimpinan militer G30S-pun merasa ragu, tetapi dengan dengan kekuatan seadanya
mereka memilih untuk melanjutkan gerakan dan ditetapkanlah pukul 04.00 WIB,
sebagai waktu penjemputan paksa para jendral tersebut.
Sasaran
penculikan adalah Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD).
Pada jabatan ini, para jenderal yang menjabat menentukan arah perkembangan
Angkatan Darat. Oleh Untung mereka dianggap tidak loyal kepada Bung Karno. Pada
1 Oktober 1965 sekitar pukul 02.00 dini hari, pasukan Pasopati dari
Tjakrabirawa (sekarang Paspampres), Brigif I Jaya Sakti dan Batalyon
454/Diponegoro berkumpul di Lubang Buaya.
Mereka
pun mendatangi jendral-jendral tersebut langsung ke rumah mereka satu per satu
dengan alasan presiden ingin bertemu dengan mereka. Bukannya pergi ke Istana,
para jendral malah dibawa ke Lubang Buaya bahkan ada yang dibunuh di rumah
mereka sendiri.
Adapun
korban tewas di Jakarta adalah Ahmad Yani, Raden Suprapto, M.T. Haryono, S.
Parman, D.I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, putrinya A.H. Nasution, dan Pierre
Andreas Tendean. Sedangkan korban tewas di Yogyakarta adalah Kolonel Katamso,
dan Letkol Sugiyono.
DAMPAK
PKI
disalahkan pada kejadian ini, aksi yang dilakukan PKI untuk mendahului Dewan
Jendral malah jadi berantakan. PKI yang memiliki pendukung di segala macam
lapisan masyarakat langsung kalah dalam waktu sekejap berhasil disapu habis
oleh Jederal Soeharto.
Ormas-ormas
anti-PKI melakukan pembakaran pada kantor-kantor PKI, serta penangkapan anggota
PKI. Dalam kondisi sakit, dan sedang diisolasi dar publik, presiden Soekarno
tetap tidak mau membubarkan PKI, karena peristiwa Gestapu hanya dilakukan oleh
beberapa oknum PKI, bukan seluruh massa partai.
Penjara
penuh, karena jumlah anggota partai PKI yang ditangkap sangat banyak. Dan akhirnya
PKI benar-benar dibubarkan oleh Soeharto pada tahun 1967 setelah menerima
supersemar dari presiden didasarkan pada isi supersemar yaitu “mengambil
keputusan seperlunya untuk menenangkan keadaan”. Presiden saat itu marah,
tetapi Soeharto menganggap keputusan itu sudah sangat perlu untuk dilakukan.
KESIMPULAN
Menurut
opini saya, sebenarnya tidak terlalu jelas penyebab terjadinya Gestapu itu
sendiri, dan PKI bukanlah satu-satunya pelaku pada kejadian tersebut. Bagaimana
PKI yang jumlahnya sangat besar bisa langsung kalah dalam waktu singkat?
Bagaimana Soeharto tidak dimasukkan ke dalam target peristiwa tersebut? Semuanya
akan mengarah pada kejadian-kejadian aneh pada Orde Baru.