Banyak sekali peninggalan-peninggalan
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yang membuktikan bahwa Islam masuk ke
Indonesia, dan menjadi kerajaan-kerajaan. Kerajaan- Kerajaan tersebut memiliki
bendera dan lambang masing-masing berikut contohnya.
1. Samudera Pasai

Pada tahun 1510-1530, Portugis datang dan menguasai Samudera Pasai. Para pedagang Islam mencari pelabuhan baru yaitu Aceh. Peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai adalah Babad Tanah Jawi, Dinar Saudera Pasai, Hikayat Raja-raja Pasai, Lonceng Cakra Donya, dan makam Sultan Malik as-Saleh
2.
Kerajaan Aceh
Kerajaan
aceh terletak di tepi Selat Malaka yang berpusat di Kotaraja, Banda Aceh.
Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528).
Raja terkenal dari Aceh yang membawa ke zaman keemasan adalah Sultan Iskandar
Muda (1607-1636). Ia berhasil menaklukan Johor, Pahang dan Kedah. Sepeninggal
Sultan Iskandar Muda, digantikan Sultan Iskandar Tsani.
Peninggalan sejarah kerajaan Aceh adalah Taman Sari Gunongan, Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indrapatra, Pinto Khop, Meriam Kesultanan Aceh, Hikayat Prang Sabi, makam Sultan Isakandar Muda, Masjid Baiturrahman, singgasana Sultan Aceh, lukisan raja-raja dan koin emas.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak Kerajaan Demak terletak di muara
Sungai Bintoro, Demak, Jawa Tengah. Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama
Raden Patah (Panembahan Jimbun atau Pate Radim). Demak mengalami kejayaan pada
masa Sultan Trenggono. Sepeninggal Sultan Trenggono, Kerajaan Demak kacau
karena adanya perebutan kekuasaan. Akhirnya, menantu Sultan Trenggono yaitu
Adiwijaya (Jaka Tingkir) berkuasa di Demak. Sejak itu pusat pemerintahan
dipindahkan ke Pajang pada tahun 1568.
Peninggalan sejarah Kerajaan Demak, antara lain Masjid Agung Demak yang didirikan tahun 1478 oleh Walisongo, saka tatal (Tiang masjid), bedug dan kentongan, pintu bledeg atau petir buatan Ki Ageng Selo, dampar kencana (tempat duduk raja) dan piring Campa 61 buah, pemberian Ibu Raden Patah yaitu Puteri Campa.
4. Kerajaan Banten

Kerajaan Banten resmi dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dilucuti dan dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupakan pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten. Peninggalan Kerajaan Banten adalah Benteng speelwijk, Danau Tasikardi, Keramik, Lukisan, Masjid Agung Banten, Meriam Ki Amuk, Pengindelan emas, dan senjata.
5. Kerajaan Cirebon

Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pangeran Giriliya. Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua orang putranya, Martawijaya atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Peninggalan Kerajaan Cirebon adalah Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Kereta Paksi Naga Lima, Kereta Singa Barong Kasepuhan, Makam Sunan Gunung Jati, dan Masjid Sang Cipta Rasa.
6.
Kerajaan Ternate

Sepeninggal Baabullah pada tahun 1583, tahta jatuh ketangan putranya Sahid Barkat. Kebesaran Ternate mulai suram, karena menghadapi tekanan yang berat dari Spanyol di sebelah utara dan VOC di sebelah selatan.Peninggalan Kerajaan Ternate adalah Al-Qur’an dari kulit kayu, Benteng Belgica, istana sultan Ternate, Masjid Sultan Ternate, dan Singgasana.
7. Kerajaan Tidore
Semula di Maluku terdapat 4 buah kerajaan yaitu
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Antara ke 4 kerajaan itu selalu terjadi
perselisian untuk memperebutkan daerah penghasil rempah-rempah. Pada tahun 1495
M, Sultan Ciriliyati naik tahta dan menjadi penguasa Tidore pertama yang
memakai gelar sultan. Masa kejayaan Tidore terjadi pada era Sultan Nuku, sistem
pemerintahan di Tidore telah berjalan dengan baik. Saat itu, sultan (kolano)
dibantu oleh suatu Dewan Wazir, dalam bahasa Tidore disebut Syara, adat se
nakudi.
Seiring dengan masuknya kolonial Eropa, agama Kristen juga masuk ke Tidore. Namun, karena pengaruh Islam yang sudah begitu mengakar, maka agama ini tidak berhasil mengembangkan pengaruhnya di Tidore. Peninggalan Kerajaan Tidore adalah Keraton Tidore, dan Benteng Spanyol Di Tidore.
8. Kerajaan Gowa – Tallo


Peninggalan kerajaan Gowa – Tallo adalah Benteng Ujung Pandang (Fort Rotterdam), Batu Pallantikan, Batu Tamalate, Nisan-nisan yang bercorak seni dan kaligrafi, Mesjid Katangka, Makam Syekh Yusuf, dan Benteng Sumba Opu.
9. Kerajaan Bone
Pada tahun 1910 Bone secara resmi masuk Islam,
pada masa pemerintahan Raja Bone XIII yaitu La Madderemueng (1631-1644)
mulailah Kerajaan Bone berbenah diri dengan melaksanakan hukum Islam ke dalam
lembaga tradisi Bone.
Peninggalan Kerajaan Bone adalah Alameng Tata Rapeng (senjata adat), La Makkawa (keris), La Salaga (tombak), La Teya Riduni (kalewang), Sembangengpulaweng (selempang emas), dan teddung pulaweng (payung emas).
10. Kerajaan Mataram Islam
Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan
pajang sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang.
Sultan Hadiwijaya menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan.
Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat permukiman
baru dan persawahan.
Perebutan kekuasaan di dinasti Mataram terjadi, antara Pakubuwono II dan saudara tirinya Pangeran Mangubumi.
Ketika Pakubuwono II digantikan putranya, Pakubuwono III, Mangkubumi juga
mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan pemerintahan tandingan di
Yogyakarta. Karena kekuasaan Pangeran Mangkubumi bertambah besar, Belanda turun
tangan menengahi pertikaian itu dengan jalan mengadakan Perjanjian Gijanti.
Isinya, kerajaan Mataram dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Kesunanan Surakarta
dibawah pimpinan Pakubuwono III dan Kesultanan Yogyakarta dibawah Mangkubumi
yang bergelar Hamengkubuwono I. Perjanjian Gijanti ditandatangani oleh kedua
raja ini pada tahun 1755 dan pada tahun yang sama konstruksi kraton utama
Yogyakarta, Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun oleh Hamengkubuwono I.
thanks
BalasHapussama-sama
Hapus