Jumat, 25 September 2015

GERAKAN 30 SEPTEMBER (GESTAPU)



Gestapu (Gerakan Seprember Tiga Puluh), atau Gestok ( Gerakan Satu Oktober) adalah peristiwa yang terjadi pada malam 30 September sampai 1 Oktober dini hari di saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia ditangkap dan dibunuh beserta sejumlah orang lainnya dalam percobaan kudeta pada tahun 1965.

LATAR BELAKANG
            Peristiwa GESTAPU atau GESTOK ini memiliki beberapa sebab dantaranya adalah tidak harmonisnya hubungan PKI dan TNI, jatuh sakitnya presiden Soekarno, dan perang dingin yang sedang terjadi antara Amerika dan Sovyet.
            PKI atau Partai Komunis Indonesia telah berdiri dari tahun 1920, dengan prinsip dasar mereka yaitu melawan kolonial, imperial, dan liberal, dan sangat menjunjung tinggi komunis. Soekarno cukup dekat dengan komunis, karena komunis dapat diangga sebagai anak emas Soekarno. Mereka berani memimpin di barisan depan segala perintah Soekarno.
            Setelah sukses di pemilu 1955, yang di masa itu PKI dianggap sudah hancur setelah Peristiwa Madiun karena sejumlah pemimpinnya dihabiskan oleh TNI, tetapi PKI masih mendapat peringkat keempat skala nasional pemilu 1955 dan pendukungnya semakin membesar.
            Itu sebabkan oleh kerja Aidit dan kawan-kawan, yang meluaskan basis pendukung dengan cara mendirikan sekolah, memberikan kesejahteraan kepada rakyat miskin dan lain-lain. Didukung gerakan politik NASAKOM (nasionalis, agama, komunis), pada peringatan ulang tahun PKI di Gelora Bung Karno pada tanggal 23 Mei 1965, PKI mengklaim memiliki 3 juta anggota, dan puluhan juta pendukung dalam berbagai ormas binaan.
            Disaat yang sama, perang dingin sedang berlangsung, Amerika yang saat itu sedang terlibat perang di Vietnam tidak ingin Indonesia jatuh ke tangan komunis dan mendukung blok timur. Blok timur juga terus menerus memberikan bantuan kepada Indonesia sehingga terbentuklah Gelora Bung Karno dan lain-lain.
            Dan ada tahun 1965, muncul isu bahwa Bung Karno sakit, sakitnya terlihat cukup parah sampai-sampai Aidit membawa dokter dari Cina sepulangnya berkunjung dari negeri-negeri blok timur, dan presiden muntah berkali-kali dan pingsan di Istan pada bulan Agustus. Karena presiden sakit, ada isu dibentuknya Dewan Jendral oleh angkatan darat untuk melakukan kudeta yang didukung oleh CIA.
            Isu juga datang dari presiden yang “katanya” akan membentuk angkatan kelima selain AD, AU, AL, dan Polisi, yang bersenjata dan tidak dibawah ABRI, dengan isinya para buruh dan petani. Jika itu memang terjadi, Cina telah menyiapkan 100.000 senjata jenis Chung. Disebabkan isu-isu yang beredar TNI dan PKI tidak mau kalah dalam perebutan kekuasaan.

KRONOLOGI
            Akhirnya, PKI yang tidak mau kalah start memutuskan untuk mencuri start dengan cara menculik jendral-jendral Angkatan Darat. Dengan para pemimpin militernya yaitu Letkol Untung Syamsuri, Mayor Soejono, Brigjen Soepardjo dan Kolonel Latief,  dan Sjam Kamaruzaman melancarkan G30S atau Gestapu.
            30 September 1965 malam, Perwira menengah Resimen Tjakrabirawa, Letkol Untung Syamsuri menuju Lubang Buaya, Jakarta Timur. Basis konsentrasi pasukan G30S. Untung memeriksa pasukannya. Kekuatannya masih jauh dari harapan. Tak ada batalyon lapis baja yang datang dari Jawa Barat.
            Para pimpinan militer G30S-pun merasa ragu, tetapi dengan dengan kekuatan seadanya mereka memilih untuk melanjutkan gerakan dan ditetapkanlah pukul 04.00 WIB, sebagai waktu penjemputan paksa para jendral tersebut.
            Sasaran penculikan adalah Jenderal yang bertugas di Staf Umum Angkatan Darat (SUAD). Pada jabatan ini, para jenderal yang menjabat menentukan arah perkembangan Angkatan Darat. Oleh Untung mereka dianggap tidak loyal kepada Bung Karno. Pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 02.00 dini hari, pasukan Pasopati dari Tjakrabirawa (sekarang Paspampres), Brigif I Jaya Sakti dan Batalyon 454/Diponegoro berkumpul di Lubang Buaya.
            Mereka pun mendatangi jendral-jendral tersebut langsung ke rumah mereka satu per satu dengan alasan presiden ingin bertemu dengan mereka. Bukannya pergi ke Istana, para jendral malah dibawa ke Lubang Buaya bahkan ada yang dibunuh di rumah mereka sendiri.
            Adapun korban tewas di Jakarta adalah Ahmad Yani, Raden Suprapto, M.T. Haryono, S. Parman, D.I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, putrinya A.H. Nasution, dan Pierre Andreas Tendean. Sedangkan korban tewas di Yogyakarta adalah Kolonel Katamso, dan Letkol Sugiyono.

DAMPAK
            PKI disalahkan pada kejadian ini, aksi yang dilakukan PKI untuk mendahului Dewan Jendral malah jadi berantakan. PKI yang memiliki pendukung di segala macam lapisan masyarakat langsung kalah dalam waktu sekejap berhasil disapu habis oleh Jederal Soeharto.
        Ormas-ormas anti-PKI melakukan pembakaran pada kantor-kantor PKI, serta penangkapan anggota PKI. Dalam kondisi sakit, dan sedang diisolasi dar publik, presiden Soekarno tetap tidak mau membubarkan PKI, karena peristiwa Gestapu hanya dilakukan oleh beberapa oknum PKI, bukan seluruh massa partai.
            Penjara penuh, karena jumlah anggota partai PKI yang ditangkap sangat banyak. Dan akhirnya PKI benar-benar dibubarkan oleh Soeharto pada tahun 1967 setelah menerima supersemar dari presiden didasarkan pada isi supersemar yaitu “mengambil keputusan seperlunya untuk menenangkan keadaan”. Presiden saat itu marah, tetapi Soeharto menganggap keputusan itu sudah sangat perlu untuk dilakukan.

KESIMPULAN
            Menurut opini saya, sebenarnya tidak terlalu jelas penyebab terjadinya Gestapu itu sendiri, dan PKI bukanlah satu-satunya pelaku pada kejadian tersebut. Bagaimana PKI yang jumlahnya sangat besar bisa langsung kalah dalam waktu singkat? Bagaimana Soeharto tidak dimasukkan ke dalam target peristiwa tersebut? Semuanya akan mengarah pada kejadian-kejadian aneh pada Orde Baru.